1. Denaturasi Protei Denaturasi karena penambahan asam asetat Pada percobaan tersebut, larutan telur dan susu ditambahkan dengan asam a...

Analisis Percobaan Uji Protein

/
0 Comments

1. Denaturasi Protei
Denaturasi karena penambahan asam asetat
Pada percobaan tersebut, larutan telur dan susu ditambahkan dengan asam asetat. Larutan susu yang telah ditambah asam asetat berubah menjadi keruh dan terdapat endapan. Sedangkan larutan telur yang ditambah asam asetat berubah menjadi agak mengental. Hal ini menandakan bahwa struktur protein penyusun pada telur dan susu tidak sama. Proses denaturasi tersebut terjadi karena bereaksinya gugs protein dengan asam asetat.
Protein Layer (Umberto Salvagnin/Flickr)

Denaturasi karena pemanasan
Pada percobaan tersebut, larutan susu dan larutan telur dipanaskan. Setelah dipanaskan, pada larutan susu berubah menjadi putih keruh sedangkan pada larutan telur berubah mengental. Adanya endapan putih dan cairan kental menunjukkan adanya proses denaturasi. Pemanasan menyebabkan rusaknya ikatan hidrogen dan rusaknya struktur berlipat protein, sehingga protein tidak dapat larut lagi dalam air.
c.       Denaturasi karena penambahan formaldehid
Pada percobaan tersebut, larutan susu dan larutan telur ditambah masing-masing dengan formaldehid. Pada kedua larutan tersebut setelah ditambah formaldehid ditemukan adanya endapan dipermukaan. Endapan tersebut menunjukkan telah terjadinya proses denaturasi. Endapan tersebut merupakan hasil reaksi antaragugus amino pada protein dengan asam aminodimetil.
2. Sifat Amfoter Protein
Suasana asam
Tidak dilakukan
Suasana basa
Larutan protein susu dan telur ditambahkan dengan larutan NaOH+ PP. Hasilnya kedua larutan protein tersebut menunjukkan endapan merah muda di atas permukaannya. Hal ini karena adanya sifat amfoter yang dimiliki protein. Protein memiliki gugus asam (-COOH) dan juga gugus basa (-NH2). Oleh karena itu protein memiliki sifat amfoter.
3. Pengendapan Protein
Pengendapan dengan amonium sulfat pekat
Pada percobaan tersebut, 3-4 mL sampel telur dan 3-4mL susu dicampur dengan amonium sulfat pekat. Setelah penambahan, diperoleh endapan. Hal ini dikarenakan amonium sulfat mengikat molekul air sehingga protein yang memiliki kelarutan yang rendah akan mengendap. Untuk melarutkan protein tersebut maka 1 mL larutan endapan ditambahkan dengan 2-3 mL protein, sehingga diperoleh hasil akhir larutan yang jernih.
Pengendapan protein dengan asam mineral
Percobaan ini diawali dengan menyiapkan larutan HNO3 dan HCl. Lalu larutan protein diteteskan melalui dinding tabung. Pada penambahan protein melalui dinding tabung ke larutan HNO3 diperoleh cincin putih, hasil yang sama juga ditunjukkan pada penambahan protein melalui dinding tabung ke larutan HCl. Endapan tersebut merupakan endapan protein karena adanya asam. 
Setelah diperoeh cincin putih, kemudian kedua tabung masing-masing ditambahkan HNO3 dan HCl pekat. Pada tabung yang berisi HNO3 dan protein, cincin yang telah terbentuk tidak mengalami perubahan. Namun pada tabung yang berisi larutan HCl dan protein cincin yang terbentuk menghilang. Hasil membuktikan bahwa reaksi yang terjadi antara protein dengan HNO3 bersifat ireversibel, sedangkan reaksi yang terjadi antara protein dengan HCl bersifat reversibel. Hal ini dikarenakan HNO3 merupakan asam okso yang stabil mengion, sedangkan HCl bukanlah asam okso.
c.       Pengendapan protein dengan logam berat
Percobaan Pertama yaitu uji kualitatif protein dengan pengendapan logam berat,
dilakukan dengan mereaksikan larutan protein dengan PbSO4 dan CuSO4. Pada saat direaksikan dengan PbSO4 terjadi endapan berwarna putih. Hal ini disebabkan karena gugus sulfur pada protein berikatan dengan Pb2+ menjadi suatu senyawa komplek yaitu endapan PbS. Kemudian pada saat mereaksikan CuSO4 pada protein terdapat endapan berwarna biru , hal ini disebabkan karena gugus sulfur pada protein berikatan dengan Cu2+ menjadi seyawa kompleks CuS encer yang ditambahkan CuSO4 pekat terdapat endapan berwarna putih. Percobaan ini sekaligus membuktikan bahwa pada sampel protein yang diuji mengandung gugus S. Pengendapan protein karena logam berat juga dikarenakan terjadi penetralan muatan akibat adanya muatan positif ion logam.
4. Reaksi Warna Protein
Reaksi Biuret
 Pada reaksi biuret dimana, suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih, dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan menghasilkan senyawa komplek yang berwarna biru ungu. Pada percoobaan biuret tersebut larutan albumin atau putih telur dan larutan susu ketika direaksikan dengan NaOH menghasilkan larutan berwarna kuning dan ketika ditambahkan dengan CuSO4 terjadi perubahan warna larutan menjadi ungu dan masih terdapat gumpalan CuSO4 berwaran biru yang menandakan pada kedua zat tersebut terdapat ikatan peptida. Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.
Reaksi Xanthoprotein
Larutan protein susu dan telur direaksikan dengan larutan HNO3 pekat yang dipanaskan yang menghasilkan larutan berwarna kuning dan disertai endapan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, jika di tambahkan dengan HNO3 ke dalam larutan protein akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah kuning apabila di panaskan. Setelah didinginkan dan ditambahkan ammonia yang menghasilkan warna orange, yang diidentifikasikan dengan adanya sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya.
 Reaksi Ninhidrin
Pada reaksi dengan tersebut, telur dan susu dicampur dengan pereaksi ninhidrin. Reaksi susu dengan ninhidrin memberikan warna biru keunguan, sedangkan reaksi antara telur dengan ninhidrin memberikan warna hitam kebiruan. Reaksi positif dengan ninhidrn menandakan bahwa sampel tersebut mengandung asam amino bebas. Perbedaan warna yang timbul antara sampel telur dan sampel susu dikarenakan perbedaan kadar asam amino bebas yang ada pada kedua sampel tersebut. Sampel susu memiliki kadar asam amino bebas yang lebih tinggi daripada sampel telur.
    Reaksi Millon
 Pada reaksi millon-nasse ketika mereaksikan larutan protein dengan reagen merkuri sulfat terdapat adanya gumpalan putih dan ketika dipanaskan lagi terdapat endapan berwarn kuning. Menurut teori, apabila pereaksi atau reagen merkuri sulfat ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksilfenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil yang positif. Dari hasil percobaan diperoleh kesimpulan bahwa protein telur dan susu mengandung gugus fenol.
Reaksi Hopkin-Cole
 Selanjutnya reaksi Hopkins-Cole dimana larutan protein sampel encer (telur dan susu) ketika di reaksikan dengan formaldehid terdapat endapan putih dan kemudian ketika ditambahkan asam sulfat pekat terdapat cincin berwarna ungu pada bidang batas ,hal ini sesuai dengan teori yang ada, jika ditambahkan atau dituangkaan asam sufat pekat secara perlahan-lahan sehingga terbentuk lapisan dibawah larutan protein. Dan beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut.


You may also like

Tidak ada komentar:

Silahkan berkomentar secara sopan dan tidak melanggar etika. Komentar yang berbau spam akan langsung saya hapus.